,

Pages

Sabtu, 11 Oktober 2014

Investasi Proyek

 


Shofi Farado



            Assalamu’alaikumWr. Wb.
            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat  Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga makalah “Peran Guru Menghadapi Perilaku Menyimpang Siswa” dapatselesaikandenganbaik.
            Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan padaNabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkansyafa’atnyakelak di yaumilqiyamah, Amin.
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak  yang telah membantu dalam pembuatan makalah “Peran Guru Menghadapi Perilaku Menyimpang Siswa” dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, sehingga penulis mengharapkan kritikdan saran daripembaca.
            Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kitas semua, baik untuk penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.






Semarang, 13 juni 2014


Penulis









Dalam kehidupan para remaja sehari-hari, selalu diselingi dengan tindakan positif dan negatif baik di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.  Remaja merupakan usia dimana seseorang berada berada di masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Dengan pribadi yang belum matang  atau masih labil, remaja sering menimbulkan masalah, baik bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun masyarakat.masalah yang timbul dikarenakan mereka belum berpengalaman dalm mengatasi masalah sendiri, sebab pada saat masih kanak-kanak masalah yang dihadapi mereka lebih banyak diatasi oleh orang dewasa, yaitu orang tua atau guru.  Kenakalan remaja sering diartikan dengan suatu tindakan yang melanggar norma, baik norma hokum maupun norma social.
Bicara mengenai perilaku menyimpang/negatif  siswa merupakan suatu masalah yang cukup menarik untuk dibahas. Remaja merupakan generasi muda yang menjadi asset Negara dan merupakan tumpuan harapan bagi masa depan Bangsa dan Negara maupun agama. Maka sudah menjadi bagi kewajiban bagi orang tua, pendidik (guru), pemerintah, dan kita semua untuk mempersiapkan generasi muda yang berwawasan luas dan berakhlak baik serta bertanggungjawab secara moral.
Kini tuntutan pendidikan semakin meningkat. Untuk itu ada pendidikan dan pembinaan moral terhadap remaja sebagai penerus Bangsa agar memiliki akhlak yang baik dan bertanggungjawab. Namun pada kenyataannya, semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membuat remaja lebih sensitif dalam menanggapi hal itu. Pada akhirnya tek sedikit remaja yang terjerumus ke hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial serta norma hidup dimasyarakat oleh karena itu remaja akan cenderung mempunyai tingkah laku yang tidak wajar dalam arti melakukan tindakkan yang tidak pantas. Remaja dalam pembahasan kali ini, yakni siswa-siswi SMA atau Sederajat  kelas 1-3.
Pada saat berada di sekolah ada sosok yang begitu dominan berpengaruh bagi siswa, yakni guru. Guru merupakan seseorang yang memberikan ilmunya secara langsung kepada siswa pada saat KBM. Guru diharapkan tidak saja memberikan ilmu akademik, namun juga memberikan ilmu-ilmu kepribadian atau penanaman karakter pada tiap-tiap siswanya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis memberikan judul makalah ini dengan , “ Peran Guru Dalam Menyikapi Perilaku Menyimpang Siswa”.
1.      Apa itu Perilaku Menyimpang siswa?
2.      Apa saja Penyebab perilaku Menyimpang?
3.      Apa dampak perilaku menyimpang siswa?
4.      Bagaimana peran guru dalam menyikapi perilaku menyimpang siswa?
1.      Mengetahui Pengertian Perilaku menyimpang Siswa.
2.      Mengetahui Penyebab Perilaku menyimpangSiswa.
3.      Mengetahui dampak perilaku meyimpang siswa
4.      Mengetahui Peran Guru dalam menyikapi perilaku menimpang  siswa.

Dewasa ini , perilaku menyimpang yang dilakukan remaja sering kita temukan. Kasus pencurian, penyalahgunaan narkoba, tawuran, kekerasan hingga seks bebas di kalangan remaja sudah tidak asing kita dengar dan liha beritanya. Perilaku negative/ menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan social adalah perilaku social yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang  kemanusiaan(agama) secara individu maupun pembenaranya sebagai bagian dari mahluk social.
 Dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yng bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang didalam masyarakat.
Menurut Bruce J.Cohen perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak mesyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Sedangkan menurut Paul B.Horton mengutarakan bahwa penyimpangan adalah setiap perilaku sebagai  pelanggaran terhadap norma-norm kelompok atau masyarakat. Selanjutnya Menurut Dr. Saparina Sadli tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang keluar dari norma-norma sosial. Pendapat ini tentunya dari persepsi sosial, karena cap terhadap suatu tingkah laku menyimpang ditentukan oleh norma-norma yang dianut oleh masyarakat dimana anak hidup dan berkembang.
Dari definisi-definisi diatas tentang apa itu perilaku menyimpang, penulis mendefinisikan bahwa perilaku menyimpang siswa ialah perilaku, perbuatan siswa yang tidak selaras dengan tatanan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Tingkah laku seseorang siswa dapat dikatakan menyimpang bilamana tingkah laku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun siswa  lain, guru, orang lain  dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma, baik norma agama, norma hukum, norma adat. Tingkah laku menyimpang dapat terjadi dimana-mana, dan kapan saja, baik di sekolah, dalam keluarga maupun dalam kehidupan di masyarakat.
Perilaku menyimpang siswa bermacam-macam,dari yang berskala individu  seperti mencontek, membolos, mencuri , tidak mematuhi seragam sampai berskala massa, seperti tawuran dsb. Sebagai seseorang yang lebih dewasa, jika kita melihat ini, tentunya ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Kita tidak tidak acuh dan membiarkan perilaku menyimpang siswa terjadi begitu saja kepada generasi penerus kita.
Seorang siswayang notabene berasal dari masyarakat , berada disekolah bertujuan untuk mendapatkan ilmu , lantas mengamalkan kembali kepada masyarakat sesuai dengn bekal ilmu masing-masing .untuk mewujudkan ini tentunya perilaku menyimpang siswa ini harus dilawan karena menimbulkan kerugian-kerugian sangat besar dan melenceng dari  arah tujuan pendidikan bangsa Indonesia.
. Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dinamai motivasi. Tingkah laku tidak disebabkan oleh satu motivasi saja melainkan berbagai motivasi kita ambil contoh, anak nakal mungkin disebabkan ingin balas dendam terhadap orang tua, karena orang tua, terlalu otoriter atau kejam.
Orang tua yang tidak pernah memberikan kasih rofes dan perhatian, atau orang tua yang tidak adil terhadap rofes anak-anaknya. Mungkin juga kenakalan itu karena tidak mearsa bebas dan betah di rumah. Lalu mencari kebebasan dan kebetahan di luar rumah dengan berbagai kelakuan yang mungkin menarik perhatian orang lain dan menyakitkan hati masyarakat.
Berhubung banyaknya rofes yang mempengaruhi tingkah laku menyimpang siswa  tersebut maka penulis akan membahas dari beberapa sudut, yaitu :
a)      Faktor dari dalam diri anak itu sendiri.
b)      Faktor dari lingkungan keluarga.
c)      Faktor dari masyarakat.
d)     Faktor yang berasal dari sekolah.

Adapun rofes yang berasal dari dalam diri anak sendiri, yaitu :
1)      predisposing factor : yaitu rofes kelainan yang dibawa sejak lahir, seperti : cacat keturunan fisik maupun psikis.
2)      Tingkah laku menyimpang yang mendapat penguatan lingkungan.
3)       Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap lingkungannya.
4)      Kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri.
5)      Kurang sekali dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga sukar mengukur norma-norma luar atau memilih norma yang baik di lingkungan masyarakat.
6)       Mempunyai masalah yang tidak terpecahkan.
7)      Potensi kecerdasannya rendah, sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan akibatnya mengalami frustasi, konflik batin dan rendah diri.
8)      Tidak menemukan model atau rofes yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab tingkah laku menyimpang pada remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang pertama sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan keluarga yang lain. Keadaan keluarga yang besar jumlahnya berbeda dengan keluarga yang kecil. Oleh karena itu rofes yang mempengaruhi dari lingkungan keluarga adalah :
1)      Anak kurang mendapatkan kasih rofes dan perhatian orang tua, sehingga hal yang amat dibutuhkannya terpaksa ia cari dari luar rumah.
2)      Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, yang menyebabkan tidak mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya, terutama sekali pada remaja yang penuh dengan keinginan-keinginannya, keindahan-keindahan dan cita-cita.
3)      Kehidupan keluarga yang tidak harmonis, keluarga yang harmonis adalah apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi diantara anggota keluarga berjalan dengan baik.
4)      Orang tua yang bersifat otoriter dalam mendidik anak.
5)      Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.
6)      Kehadiran anak dalam keluarga tidak diinginkan, sehingga orang tua tidak menyayanginya.
7)       Anak diperlukan seperti anak kecil oleh orang tuanya atau orang dewasa lainnya, sehingga mereka tidak dapat mandiri dan tidak bebas dalam mengemukakan pendapatnya sendiri sesuai dengan kemauan dan potensi yang ada pada diri si anak.

Adapun rofes yang mempengaruhi dari masyarakat adalah :
1)      Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekwen.
2)      Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan, hal ini sebagian besar disebabkan karena bangsa kita sudah amat lama dijajah.
3)      Kurangnya pengawasan terhadap anak didik, sebagian anak didik beranggapan bahwa orang tua dan guru terlalu dekat sehingga tidak rofes kebebasan baginya. Sebagian lagi mengatakan bahwa orang tua mereka dan bahkan guru tidak pernah memberikan pengawasan terhadap tingkah laku mereka sehingga menimbulkan kenakalan.
4)       Pengaruh norma-norma baru dari luar. Kebanyakan anggota masyarakat beranggapan bahwa setiap norma yang baru datang dari luar, itulah yang benar. Masyarakat mudah menerima norma-norma baru itu dan hanya sedikit memfilternya.
5)      Adanya contoh atau model lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan anak didiknya, misalnya main judi, minuman keras, kekerasan dan sebagainya.
6)      Media cetak atau media elektronik yang beredar secara bebas sebenarnya belum layak buat anak didik yang masih belum tau apa-apa, misalnya berupa gambar porno, cerita porno dan cabul.

1)      Adapun rofes yang berasal dari sekolah adalah tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi dan terlalu rendah dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
2)       Longgarnya disiplin sekolah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan yang ada. Sarana dan prasarana sekolah kurang memadai, akibatnya aktivitas anak sangat terbatas. Hal ini menimbulkan perasaan tidak puas bagi anak dan memicu terjadinya perilaku menyimpang.
3)      Ekonomi guru merupakan sumber terganggunya pendidikan murid-murid. Jika keadaan ekonomi guru morat marit tentu ia berusaha untuk mencukupi biaya hidupnya diluar sekolah dengan kata lain guru kurang bertanggung jawab terhadap siswanya.
4)      Norma-norma pendidikan dan kekompakan guru di dalam mengatur anak didik perlu norma-norma yang sama bagi setiap guru dan norma tersebut harus dimengerti oleh anak didik. Jika diantara guru terdapat perbedaan norma dalam mendidik, hal ini merupakan sumber timbulnya kenakalan anak-anak atau perilaku menyimpang sebab guru tidak kompak dalam menentukan aturan dan teknik mengarahkan.
Setiap perilaku pasti berdampak bagi sesuatu. Begitupun dengan sikap penyimpangan siswa ini. Berikut poin-poin terkait dampak penyimpangan sikap siswa;
a)      Dampak bagi pelaku
1)      Memberikan pengaruh psikologis atau penderitan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena di kucilkan dalam kelas maupun masayarakt.
2)      Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan
3)      Dapat menjauhkan diri dari Tuhan dan mendekatkn diri dengan dosa.
4)      Perbutan yang dilakukn dapat mencelakakan dirinya sendiri
5)      Menghambat prestasi
b)      Dampak bagi siswa/orang lain
1)      Dapat menggangu keamaann, ketertiban, dan ketidakharmonisan dalam kelas
2)      Merusak tatanan nili, norma dan berbagai pranata sekolah
3)      Menimbulkan beban psikologis keluarga pelaku
4)      Merusak unsure-unsur budaya


Perilaku menyimpang siswa tidak saja kita lihat sebagai suatu fenomena perilaku  negative siswa , kita harus melawanya salah satunya yakni dengan pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Tugas-tugas manusiawi itu merupakan transpormasi, identifikasi, dan pengertian tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.
Ada beberapa strategi yang dapat memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan peranannya secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta didik di sekolah, sebagai berikut.
1)      Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai rofe yang dilihat dan didengar oleh peserta didik, tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya.
2)      Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran. Guru dituntut untuk perduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang diampunya. Dalam hubungannya dengan ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat diintergrasikan dalam proses pembelajaran.
3)      Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berwawasan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia. Para guru (rofess program) melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan atau menekankan kepada kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual, kegiatan yang menjurus pada pengembangan kemampuan afektif dan psikomotorik.
4)      Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya karakter peserta didik. Lingkungan terbukti sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi manusia (peserta didik), baik lingkungan fisik maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru perlu untuk menyiapkan fasilitas-fasilitas dan melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan pengembangan pendidikan karakter peserta didik.
5)       Menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam pengembangan pendidikan karakter. Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan adalah menempatkan orang tua peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan nara sumber dalam kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.
6)      Menjadi rofes teladan bagi peserta didik. Penerimaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh seorang guru, sedikit tidak akan bergantng kepada penerimaan pribadi peserta didik tersevut terhadap pribadi seorang guru. Ini suatu hal yang sangat manusiawi, dimana seseorang akan selalu berusaha untuk meniru, mencontoh apa yang disenangi dari model/pigurnya tersebut. Momen seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan bagi seorang guru, baik secara langsung maupun tidak langsung menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri pribadi peserta didik. Dalam proses pembelajaran, intergrasi nilai-nilai karakter tidak hanya dapat diintegrasikan ke dalam subtansi atau materi pelajaran, tetapi juga pada prosesnya

Guru,seharusnya bukan hanya menitik beratkan pada transfer ilmu kepada siswanya tetapi juga harus bisa membentuk karakter siswa yang jauh dari hal-hal rofessi, sehingga pantas menjadi calon pemimpin di masa yang akan datang, bukan membentuk generasi “rusak” yang penuh dengan kenakalannya.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada rofessi peran guru, yaitu:
1)      Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar rofessiona, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
2)      Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
3)      Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
4)      Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5)      Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6)      Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
7)      Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
8)      Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9)      Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Sedangkan menurut WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu:
1)      pendidik (nurturer),
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas rofes bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2)      Model
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan rofes. Karena nilai nilai dasar rofes dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
3)      pengajar dan pembimbing
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab rofes tingkah laku rofes anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
4)      pelajar (learner)
Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas rofessional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Sedangkan peranan guru yang lain adalah sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
5)      komunikator terhadap masyarakat setempat
6)      pekerja administrasi
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
7)      kesetiaan terhadap lembaga.


perilaku menyimpang siswa ialah perilaku, perbuatan siswa yang tidak selaras dengan tatanan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Tingkah laku seseorang siswa dapat dikatakan menyimpang bilamana tingkah laku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun siswa  lain, guru, orang lain  dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma, baik norma agama, norma hukum, norma adat. Tingkah laku menyimpang dapat terjadi dimana-mana, dan kapan saja, baik di sekolah, dalam keluarga maupun dalam kehidupan di masyarakat. Perilaku menyimpang siswa bermacam-macam,dari yang berskala individu  seperti mencontek, membolos, mencuri , tidak mematuhi seragam sampai berskala massa, seperti tawuran dsb.
Factor-faktor yang memperngaruhiny berasal dari berbagai dimensi, seperti factor dari siswa itu sendiri, factor keluarga, factor lingkungan/masyarakat, factor sekolah. Perilaku ini juga berdampak bagi siswa itu sendiri seperti akan menghambat prestasi dan juga berdampak bagi siswa/orang lain seperti merusak suasana kondusif.
Hal solutif mengenai fenomena ini adalah dengan pengembangan karakter peserta didik di sekolah, guru memiliki posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa digugu dan ditiru atau menjadi idola bagi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inpirasi dan motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas dalam diri siswa, sehingga ucapan, karakter dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Dengan demikian guru memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral



 






DAFTAR PUSTAKA


Soejipto, Raflis Koesasih.1999.Profesi Keguruan.Bandung;Rineka Cipta
Amirdapir.blogspot.com
Joni, T raka.1996.Pembelajaran Terpadu.Jakarta; Dirjen Dikti Bgian Proyek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Flag Counter
?